Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu lumbung minyak nasional. Lapangan minyak Banyu Urip di Blok Cepu, yang dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), menyumbang hingga 30% dari produksi minyak nasional Indonesia. Dengan peran penting ini, Bojonegoro kerap menjadi tujuan kunjungan kerja presiden untuk meresmikan proyek strategis nasional, seperti peningkatan produksi minyak dan pengembangan infrastruktur energi.
Rangkaian Pembatalan Kunjungan Presiden
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan hadir langsung di Bojonegoro pada 26 Juni 2025 untuk meresmikan Proyek Peningkatan Produksi Banyu Urip Infill Clastic (BUIC). Namun, kunjungan tersebut mendadak dibatalkan. Peresmian proyek tetap berlangsung, tetapi dilakukan secara virtual dari Bali. Faktor cuaca buruk, khususnya hujan deras di wilayah Banyuwangi yang menghalangi pendaratan helikopter, disebut sebagai alasan utama pembatalan tersebut.
Sebelum Prabowo, beberapa presiden juga mengalami hal serupa:
- Presiden Joko Widodo beberapa kali batal hadir langsung ke Bojonegoro, termasuk saat peresmian Bendungan Gongseng dan Proyek Strategis Nasional Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). Peresmian dilakukan secara daring atau diwakilkan oleh pejabat lain.
- Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, rencana kunjungan juga tidak terealisasi dan digantikan oleh menteri atau pejabat tinggi negara.
Berikut merangkum data pembatalan kunjungan presiden ke Bojonegoro:
| Presiden | Agenda Kunjungan | Tahun | Status Kunjungan | Keterangan |
|---|---|---|---|---|
| Prabowo Subianto | Peresmian Proyek BUIC | 2025 | Batal | Peresmian virtual dari Bali |
| Joko Widodo | Peresmian Bendungan Gongseng | 2021 | Batal | Peresmian daring dari Trenggalek |
| Joko Widodo | Peresmian Proyek JTB | 2023 | Batal | Diwakilkan oleh Wapres Ma’ruf Amin |
| Joko Widodo | Tasyakuran Produksi Banyu Urip | 2016 | Batal | Diwakilkan oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan |
| Susilo B. Yudhoyono | Berbagai agenda strategis | 2004-2014 | Tidak terealisasi | Diwakilkan oleh pejabat lain |
Mitos Arya Penangsang dan Kepercayaan Lokal
Masyarakat Bojonegoro meyakini adanya mitos yang berakar dari sejarah Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan, yang tewas dalam pertempuran melawan Sultan Pajang, Jaka Tingkir, di tepi Bengawan Solo. Dalam kisah tersebut, Arya Penangsang kehilangan kesaktiannya dan mengalami kekalahan setelah menyeberangi Bengawan Solo dan menginjakkan kaki di wilayah Bojonegoro.
Mitos ini berkembang menjadi kepercayaan bahwa siapa pun pemimpin atau kepala negara yang masuk ke Bojonegoro akan mengalami nasib serupa: kalah, lengser, atau gagal dalam kepemimpinan. Oleh karena itu, setiap kali ada rencana kunjungan presiden ke Bojonegoro, masyarakat lokal cenderung yakin bahwa kunjungan tersebut tidak akan terealisasi.
Data dan Fakta: Siapa Saja Presiden yang Gagal ke Bojonegoro?
- Prabowo Subianto batal kunjungan ke Bojonegoro pada 2025 karena alasan cuaca dan keamanan penerbangan helikopter.
- Joko Widodo tidak pernah hadir langsung ke Bojonegoro untuk agenda besar, selalu diwakilkan atau dilakukan secara daring.
- Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah melakukan kunjungan langsung ke Bojonegoro selama dua periode kepemimpinan.
- Soekarno dianggap pernah mengunjungi Bojonegoro, meski data detail kunjungan tidak banyak diulas dalam pemberitaan terkini.
Sementara itu, menurut pegiat sejarah lokal, Muhammad Andre, mitos Bojonegoro sebagai daerah angker bagi presiden tidak sepenuhnya benar. Presiden Soekarno dan Soeharto disebut pernah mengunjungi Bojonegoro dalam rangka kunjungan kerja di masa lalu. Namun, sejak era reformasi, kunjungan presiden ke Bojonegoro selalu gagal terealisasi.
Analisis Penyebab Pembatalan: Mitos atau Faktor Teknis?
Faktor cuaca sering menjadi alasan resmi pembatalan kunjungan presiden ke Bojonegoro, terutama terkait keamanan pendaratan helikopter. Namun, berulangnya fenomena ini memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap mitos Arya Penangsang dan “kewingitan” Bojonegoro.
Beberapa pengamat budaya menilai bahwa mitos ini telah menjadi bagian dari identitas lokal dan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap peristiwa politik di wilayah mereka. Meski demikian, tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan kegagalan kunjungan presiden dengan kekuatan supranatural atau kutukan sejarah.
Implikasi Sosial dan Budaya
Fenomena batalnya kunjungan presiden ke Bojonegoro berdampak pada:
- Penguatan identitas budaya lokal dan kepercayaan terhadap sejarah lisan.
- Meningkatkan rasa penasaran nasional terhadap “wingit”-nya Bojonegoro.
- Menimbulkan pro-kontra antara masyarakat yang mempercayai mitos dan mereka yang melihatnya sebagai kebetulan teknis.
Pemerintah daerah, TNI, Polri, dan protokol kepresidenan selalu melakukan persiapan maksimal setiap ada agenda kunjungan presiden, baik dari sisi keamanan maupun teknis. Namun, hasil akhirnya tetap sama: kunjungan presiden tidak pernah benar-benar terealisasi secara langsung.
Cerita tentang presiden yang gagal ke Bojonegoro selalu menarik untuk diikuti, baik dari sisi fakta maupun mitos yang menyertainya. Apakah benar mitos Arya Penangsang masih membayangi langkah para pemimpin negeri ini, atau sekadar kebetulan teknis yang berulang? Terima kasih sudah membaca dan mampir ke artikel ini. Jangan ragu untuk kembali lagi, siapa tahu lain waktu ada presiden yang akhirnya benar-benar menjejakkan kaki di Bojonegoro. Salam hangat untuk semua pembaca!